TUHAN DALAM ISLAM
Disusun Oleh :
Muhammad Rizki Muzzaki (I.Kom)
Adella Nikita Putri (I.Kom)
Prodi Ilmu komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Merdeka Madiun
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “TUHAN DALAM ISLAM”
Penulis
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan tentang Proses yang benar tentang konsep Ketuhanan dalam Islam. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, Kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Madiun,
September 2014
|
|
Penyusun
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
|
2
|
|
Daftar Isi
|
3
|
|
BAB I
|
Pendahuluan
|
4
|
1.1
|
Latar Belakang
|
4
|
BAB II
|
Rumusan Masalah
|
5
|
BAB III
|
Pembahasan
|
6
|
3.1
|
Definisi Tuhan
|
6
|
3.2
|
Konsep Tuhan dalam Islam
|
6
|
3.3
|
Wujud keberadaan Allah
|
8
|
3.4
|
Konsep Tuhan menurut Al-Qur’an dan Hadist
|
8
|
3.5
|
Sifat Tuhan menurut Allah
|
9
|
BAB IV
|
Penutup
|
13
|
4.1
|
Simpulan
|
13
|
4.2
|
Daftar Pustaka
|
14
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai umat beragama, apapun
agama dan kepercayaannya akan mengenal namanya Tuhan adalah Tuhan adalah dzat
yang menyiptakan alam semesta,yang maha kuasa dan mengatur segalanya.tiada
sesuatu yang menyerupainya dan dia tidak butuh kepada makhluqnya.
Tuhan adalah dzat yang esa. Esa
disini sudah menyangkup hal diatas,bukan hanya tertumpu kepada dzatnya
sendiri.Tuhan tidaklah merasakan sakit seperti apa yang dirasakan
makhluqnya,dan tidak lapar serta tidak mengantuk dan lelah,karena hal itu semua
ada karena diciptakan tuhan sebagai qadrat makhluq(Manusia.Jin dan Hewan) Dzat
yang sudah menyangkup hal hal diatas yang sudah disebutkan berarti pantas
dikatakan tuhan.jawaban Pengkaburan Sifat Tuhan dengan Makhluq: ada seseorang
yang terbawa imijinasi yang terlalu tinggi dan memberikan sifat dan keadaan
makhluq kepada tuhan seperti contoh: "Adakah Tuhan itu berkuasa untuk
mencipta satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu diangkat oleh dirinya
sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada Tuhan.
Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, apa yang berat di bumi tidak bererti di
angkasa. dan berat tidak mengamal di alam ghaib,sedangkan tuhan sendiri itu
kekuatannya/kemampuannya melampui segalanya dan penciptanya tiap tiap sesuatu
termasuk ruang angkasa dan dunia ghaib.
Namun di era globalisasi ini
Tuhan serasa didefinisakan secara bias. Tuhan pada era sekarang ini seakan
hanya sebagai kepercayaan saja. Kedisiplinan kepada Tuhan pun bergeser
kepercayaan pada duniawi saja. Oleh karena itu dalam makalah kami akan
memaparkan tentang sejarah ketuhanan, definisi Tuhan, serta konsep ketuhanan
dalam Islam.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa definisi Tuhan ?
2.2 Apa konsep Tuhan dalam
islam ?
2.3 Bagaimana wujud keberadaan
Allah ?
2.4 Bagaimana konsep Tuhan menurut
Al-Qur’an dan Hadist ?
2.5 Bagaimana sifat Tuhan
menurut Allah ?
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DEFINISI
TUHAN
Tuhan
dipahami sebagai zat Maha Kuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep
ketuhanan meliputi teisme,
deisme,
panteisme,
dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus
pengatur segala kejadian di alam semesta.
Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur
dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta
itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal
dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah
Maha Tahu (mengetahui segalanya), Maha Kuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas),
Maha Ada (hadir di mana pun), Maha Mulia (mengandung segala sifat-sifat baik
yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.
Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu,
serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban
moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan". Banyaknya
konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud,
dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteisme,
pandeism, atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran teologis
yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang
yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan
yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda
mengenai-Nya.
3.2 KONSEP
TUHAN DALAM ISLAM
Dalam
konsep Islam,
Tuhan
disebut Allah
dan diyakini sebagai Zat
Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam
menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).
Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah
(asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu
pada Allah,
nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman)
dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan
dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian
yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi
saksi atas ckeesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia
tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am
6:103).
Tuhan
dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang
personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka
berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus,
“jalan yang diridhai-Nya.”
Islam
mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah
oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen
dan Yahudi.
Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama
tersebut.
Beberapa
teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya
mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari
gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga
berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah
bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan
Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab.
Teori
lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram
Alāhā. Cendekiawan muslim kadang-kadang
menerjemahkan Allah menjadi "God" dalam bahasa Inggris.
Namun, sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan,
dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga,
tidak memiliki bentuk jamak dan gender (berbeda dengan God yang memiliki
bentuk jamak Gods dan bentuk feminin Goddess dalam bahasa
inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan Al-Qur'an.
Kata
Allāh selalu ditulis tanpa alif
untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu
berawalan tanpa alif
untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif
kecil selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi
tersebut.
3.3 WUJUD
KEBERADAAN ALLAH
Para
salafush sholeh atau tiga generasi
Muslim awal dan terbaik, meyakini bahwa Allah memiliki wajah,
tangandan
kaki,
hanya saja hal-hal tersebut sangatlah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya.
Kemudian mereka meyakini pula Allah berada di atas 'Arsy
dan tidak ada satu pun dari makhluk yang serupa dengan-Nya.
Syaikh
Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin menjelaskan: “Wajah (Allah) merupakan
sifat yang terbukti keberadaannya berdasarkan dalil al-kitab, as-sunnah dan
kesepakatan ulama salaf.” Ia menyebutkan ayat ke-27 dalam surah Ar-Rahman.
Ia menjelaskan di dalam kitabnya yang lain: “Nash-nash yang menetapkan wajah
dari al-kitab dan as-sunnah tidak terhitung banyaknya, semuanya menolak ta’wil
kaum Mu'tazilah yang menafsirkan wajah dengan arah,
pahala atau dzat.
3.4 KONSEP
TUHAN MENURUT AL-QUR’AN DAN HADIST
Menurut
para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-'Alaq
96:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan
manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim
percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam
al-Quran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."
Selain
itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia
sejak manusia pertama kali diciptakan. Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum
dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu
manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan
tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan.
Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan.
Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar
39:8 dan surah Luqman 31:32.
3.5 SIFAT TUHAN MENURUT ALLAH
Sesungguhnya
sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di antaranya juga
tercantum dalam Asma'ul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang
wajib dipahami dan diimani oleh umat Islam di antaranya:
1.
Wujud (ada) dan mustahil Allah itu tidak ada (adam).
“
|
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
|
”
|
—(Al A'raf 7:54)
|
2.
Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru).
“
|
Dialah
Yang Awal…
|
”
|
—(Al Hadid 57:3)
|
3.
Baqo’ (kekal) dan mustahil Allah itu fana’ (binasa). Allah
sebagai Tuhan Semesta Alam akan hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus
makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu fana’ atau mati, bagaimana nasib
ciptaan-Nya seperti manusia?
“
|
...dan
bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati…
|
”
|
—(Al Furqan 25:58)
|
4.
Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya) dan
mustahil Allah itu sama dengan makhluk-Nya (mumaatsalaatuhu lil hawaadits).
“
|
Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…
|
”
|
—(Asy-Syura 42:11)
|
5.
Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah itu qiyamuhu
bi ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain).
“
|
…Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.
|
”
|
—(Al ‘Ankabut 29:6)
|
6.
Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak (ta’addud)
misalnya 2, 3, 4, dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa.
“
|
Allah
sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain
beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan
membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan
itu.
|
”
|
—(Al Mu’minun 23:91)
|
“
|
Katakanlah,
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
|
”
|
—(Al Ikhlas 112:1-4)
|
7.
Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ‘ajaz (lemah). Jikalau
Allah itu lemah, tentu saja makhluk ciptaan-Nya dapat mengalahkan-Nya.
“
|
Jika
Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru
(untuk menggantikan kamu), dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.
|
”
|
—(Fathir 35:16-17)
|
8.
Ilmu (Mengetahui) dan mustahil Allah itu jahal (bodoh). Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu, karena Dialah yang menciptakan-Nya.
“
|
…dan
pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya…
|
”
|
—(Al An'am 6:59)
|
9.
Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah
tidak seperti hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah yang kemudian
akan mati, sedangkan Allah tidak akan mati. Ia akan hidup terus selama-lamanya.
“
|
...dan
bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati…
|
”
|
—(Al Furqan 25:58)
|
10.
Sama’ (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli).
“
|
…Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
|
”
|
—(Al Baqarah 2:256)
|
11.
Bashar (melihat) dan mustahil Allah bersifat ‘Amaa (buta).
“
|
Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi, dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.
|
”
|
—(Al Hujurat 49:18)
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Sebagian
ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut
belum sampai mendistorsi Al-Quran. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk
menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas
hingga agnostisisme, panteisme,
mistisme,
dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid
sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat. Dalam Islam, bentuk
spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid sejati.
Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat konsep konsep ketuhanan dalam islam.
Penulis menyadari dalam pembuatan proposal ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan
semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
4.3 DAFTAR
PUSTAKA