Senin, 10 November 2014

ANDUM BOLU BERKAH RAHAYU

Bolu Rahayu
Di Kabupaten Magetan Jawa Timur ini setiap tahunnya pasti ada banyak acara/tradisi yang di selenggarakan. Salah satunya adalah tradisi Festival Ledhuk Suro dan Kirab Nayogo Projo serta tradisi Andum Berkah Bolu Rahayu, yang diadakan untuk menyambut tahun baru Muharram atau tahun baru Islam dan sebagai salah satu cara untuk menarik pengunjung dan wisatawan dengan menggelar acara tersebut. Kali ini saya akan memposting tentang tradisi Andum Berkah Bolu Rahayu.


Prosesi Perebutan Bolu
Prosesi Andum Berkah Bolu Rahayu adalah prosesi yang paling menarik. Ribuan masyarakat yang berkumpul di alun-alun memperebutkan ribuan roti bolu. Sebelum diarak ke alun-alun roti bolu ini diberikan sesaji sehingga diyakini memiliki berkah bagi yang memakannya.


Penari Jarak Lawu & Dyah Magetan
Untuk menambah semaraknya suasana, Tari Jalak Lawu pun dibawakan ratusan siswa SMP/SMA. Begitu juga delman khas Magetan ikut upacara. Ditengah suara gamelan jawa dan gending-gending jawa dikumandangkan, Bupati Magetan dan tamu daerah yang ada diberikan bolu khusus dan bunga-bungaan yang dibawa oleh Dyah-Bagus Magetan.


Bentuk - Bentuk Roti Bolu
Roti bolu dihias model lesung, bedhug dan gong, yang diarak itu langsung diserbu masyarakat yang sudah berjam-jam menunggunya. Dijelaskannya bahwa lesung merupakan alat penumbuk padi dan sarana komunikasi nenek moyang. Bedug merupakan alat untuk memanggil umat Islam untuk menjalankan ibadah/sholat. Gong merupakan industri/produk unggulan Kabupaten Magetan yang sudah memasuki pasaran dunia.


Roti bolu adalah makanan khas masyarakat Magetan yang sudah digunakan sejak Nenek Moyang kita dan terkenal di seluruh lapisan masyarakat Magetan. Manfaat roti bolu bisa digunakan untuk snek sehari-hari, perhelatan orang hajatan ataupun untuk orang meninggal, sehingga fungsinya sangat fleksible. Selain bolu makanan khas lainnya adalah jrangking, ampyang, enting-enting, lempeng, emping, walangan dan lainnya.

Manggolo Bolu Rahayu
Tujuan diadakannya Andum Berkah Bolu agar mempunyai muatan untuk menggali, melestarikan, membudayakan dan mempromosikan hasil industri tradisional rakyat Magetan agar bisa mengangkat daerah Magetan menjadi Kota Wisata dan menjadi Daerah Tujuan Wisata. 

Kamis, 02 Oktober 2014

MAKALAH KONSEP TUHAN DALAM ISLAM



TUHAN DALAM ISLAM


Disusun Oleh :
Muhammad Rizki Muzzaki (I.Kom)
Adella Nikita Putri (I.Kom)
Prodi Ilmu komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Merdeka Madiun
2014


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “TUHAN DALAM ISLAM”
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah ilmu pengetahuan tentang Proses yang benar tentang konsep Ketuhanan dalam Islam. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Madiun, September 2014


Penyusun








DAFTAR ISI


Kata Pengantar
2

Daftar Isi
3
BAB I
Pendahuluan
4
1.1
Latar Belakang
4
BAB II
Rumusan Masalah
5
BAB III
Pembahasan
6
3.1
Definisi Tuhan
6
3.2
Konsep Tuhan dalam Islam
6
3.3
Wujud keberadaan Allah
8
3.4
Konsep Tuhan menurut Al-Qur’an dan Hadist
8
3.5
Sifat Tuhan menurut Allah
9
BAB IV
Penutup
13
4.1
Simpulan
13
4.2
Daftar Pustaka
14




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai umat beragama, apapun agama dan kepercayaannya akan mengenal namanya Tuhan adalah Tuhan adalah dzat yang menyiptakan alam semesta,yang maha kuasa dan mengatur segalanya.tiada sesuatu yang menyerupainya dan dia tidak butuh kepada makhluqnya.
Tuhan adalah dzat yang esa. Esa disini sudah menyangkup  hal diatas,bukan hanya tertumpu kepada dzatnya sendiri.Tuhan tidaklah merasakan sakit seperti apa yang dirasakan makhluqnya,dan tidak lapar serta tidak mengantuk dan lelah,karena hal itu semua ada karena diciptakan tuhan sebagai qadrat makhluq(Manusia.Jin dan Hewan) Dzat yang sudah menyangkup hal hal diatas yang sudah disebutkan berarti pantas dikatakan tuhan.jawaban Pengkaburan Sifat Tuhan dengan Makhluq: ada seseorang yang terbawa imijinasi yang terlalu tinggi dan memberikan sifat dan keadaan makhluq kepada tuhan seperti contoh: "Adakah Tuhan itu berkuasa untuk mencipta satu batu yang terlalu berat, yang tidak mampu diangkat oleh dirinya sendiri?" menunjukkan keinginan meletakkan sifat manusia kepada Tuhan. Berat adalah hukum yang dicipta Tuhan, apa yang berat di bumi tidak bererti di angkasa. dan berat tidak mengamal di alam ghaib,sedangkan tuhan sendiri itu kekuatannya/kemampuannya melampui segalanya dan penciptanya tiap tiap sesuatu termasuk ruang angkasa dan dunia ghaib.
Namun di era globalisasi ini Tuhan serasa didefinisakan secara bias. Tuhan pada era sekarang ini seakan hanya sebagai kepercayaan saja. Kedisiplinan kepada Tuhan pun bergeser kepercayaan pada duniawi saja. Oleh karena itu dalam makalah kami akan memaparkan tentang sejarah ketuhanan, definisi Tuhan, serta konsep ketuhanan dalam Islam.




BAB II
RUMUSAN MASALAH

2.1 Apa definisi Tuhan ?
2.2 Apa konsep Tuhan dalam islam ?
2.3 Bagaimana wujud keberadaan Allah ?
2.4 Bagaimana konsep Tuhan menurut Al-Qur’an dan Hadist ?
2.5 Bagaimana sifat Tuhan menurut Allah ?























BAB III
PEMBAHASAN

3.1       DEFINISI TUHAN
Tuhan dipahami sebagai zat Maha Kuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Maha Tahu (mengetahui segalanya), Maha Kuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Maha Ada (hadir di mana pun), Maha Mulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan". Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteisme, pandeism, atau filsafat Perennial, yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.
3.2       KONSEP TUHAN DALAM ISLAM
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas ckeesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi. Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan kedua agama tersebut.
Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah satunya mengatakan bahwa kata Allāh (الله) berasal dari gabungan dari kata al- (sang) dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab.
Teori lain mengatakan kata ini berasal dari kata bahasa Aram Alāhā. Cendekiawan muslim kadang-kadang menerjemahkan Allah menjadi "God" dalam bahasa Inggris. Namun, sebagian yang lain mengatakan bahwa Allah tidak untuk diterjemahkan, dengan berargumen bahwa kata tersebut khusus dan agung sehingga mesti dijaga, tidak memiliki bentuk jamak dan gender (berbeda dengan God yang memiliki bentuk jamak Gods dan bentuk feminin Goddess dalam bahasa inggris). Isu ini menjadi penting dalam upaya penerjemahan Al-Qur'an.
Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini disebabkan karena ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil selalu ditambahkan di atas tanda saddah untuk menegaskan prononsiasi tersebut.
3.3       WUJUD KEBERADAAN ALLAH
Para salafush sholeh atau tiga generasi Muslim awal dan terbaik, meyakini bahwa Allah memiliki wajah, tangandan kaki, hanya saja hal-hal tersebut sangatlah berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Kemudian mereka meyakini pula Allah berada di atas 'Arsy dan tidak ada satu pun dari makhluk yang serupa dengan-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan: “Wajah (Allah) merupakan sifat yang terbukti keberadaannya berdasarkan dalil al-kitab, as-sunnah dan kesepakatan ulama salaf.” Ia menyebutkan ayat ke-27 dalam surah Ar-Rahman. Ia menjelaskan di dalam kitabnya yang lain: “Nash-nash yang menetapkan wajah dari al-kitab dan as-sunnah tidak terhitung banyaknya, semuanya menolak ta’wil kaum Mu'tazilah yang menafsirkan wajah dengan arah, pahala atau dzat.
3.4       KONSEP TUHAN MENURUT AL-QUR’AN DAN HADIST
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-'Alaq 96:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Quran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."
Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan. Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar 39:8 dan surah Luqman 31:32.
3.5       SIFAT TUHAN MENURUT ALLAH
Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di antaranya juga tercantum dalam Asma'ul Husna. Sebagian ulama merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib dipahami dan diimani oleh umat Islam di antaranya:
1. Wujud (ada) dan mustahil Allah itu tidak ada (adam).
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
—(Al A'raf 7:54)
2. Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru).
Dialah Yang Awal…
—(Al Hadid 57:3)
3. Baqo’ (kekal) dan mustahil Allah itu fana’ (binasa). Allah sebagai Tuhan Semesta Alam akan hidup terus menerus. Kekal abadi mengurus makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu fana’ atau mati, bagaimana nasib ciptaan-Nya seperti manusia?
...dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati…
—(Al Furqan 25:58)
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya) dan mustahil Allah itu sama dengan makhluk-Nya (mumaatsalaatuhu lil hawaadits).
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia…
—(Asy-Syura 42:11)
5. Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah itu qiyamuhu bi ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain).
…Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.
—(Al ‘Ankabut 29:6)
6. Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak (ta’addud) misalnya 2, 3, 4, dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa.
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan yang lain beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.
—(Al Mu’minun 23:91)

Katakanlah, "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
—(Al Ikhlas 112:1-4)
7. Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ‘ajaz (lemah). Jikalau Allah itu lemah, tentu saja makhluk ciptaan-Nya dapat mengalahkan-Nya.
Jika Dia kehendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk baru (untuk menggantikan kamu), dan yang demikian tidak sulit bagi Allah.
—(Fathir 35:16-17)
8. Ilmu (Mengetahui) dan mustahil Allah itu jahal (bodoh). Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, karena Dialah yang menciptakan-Nya.
…dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya…
—(Al An'am 6:59)
9. Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah tidak seperti hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah yang kemudian akan mati, sedangkan Allah tidak akan mati. Ia akan hidup terus selama-lamanya.
...dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati…
—(Al Furqan 25:58)
10. Sama’ (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli).
…Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
—(Al Baqarah 2:256)
11. Bashar (melihat) dan mustahil Allah bersifat ‘Amaa (buta).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
—(Al Hujurat 49:18)










BAB IV
PENUTUP
4.1       SIMPULAN
Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi Al-Quran. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme, mistisme, dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat. Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid sejati.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat konsep konsep ketuhanan dalam islam. Penulis menyadari dalam pembuatan proposal ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
                                                                                                    
                                                                       





4.3       DAFTAR PUSTAKA